Sesungguhnya tidaklah sulit memberikan gambaran ringkas dari kajian yang dilakukan dalam buku ini dalam satu pernyataan. Pernyataan yang dimaksudkan adalah: Musa, Alquran dan Bibel (judul buku ini). Namun, jika diberi kesempatan “mensyarah” pernyataan tersebut, mungkin akan lahir ungkapan: “Ketika Bibel menafsirkan Alquran”. Ungkapan ini telah dibuktikan dengan sangat baik dalam salah satu kitab tafsir, yaitu al-Tafsīr al-Hādīŝ, karya Muhāmmad ‘Izzah Darwazah. Buku ini mengurai bagaimana Darwazah mengkonstruksi kisah Nabi Musa as. secara naratif, dengan menyandingkan teks-teks dari dua kitab suci, Alquran dan Bibel, ditambah dengan sirah nabawiyah dalam kitab al-Tafsīr al-Hādīŝ. Tentu saja, di sini pembaca tidak hanya dimanjakan dengan informasi dari ayat-ayat Alquran dan sirah Nabawiyah, tetapi juga diajak untuk melirik pasal-pasal dari perjanjian lama (al-‘ahd al-qadīm) dan perjanjian baru (al-‘ahd al-jadīd) dalam mengungkap tabir kisah Nabi Musa as. secara ilmiah.