Kemajemukan meniscayakan kita bertenggang rasa, egaliter, bersikap terbuka dan bahkan mengalah. Bagi sebagian orang, hal ini mungkin menyakitkan. Tetapi, sesungguhnya dunia tidak pernah sempurna dan manusia akan terus menerus dalam konflik jika selalu memaksakan kehendaknya sendiri. Untuk itu, dialog mesti dihidupkan. Dialog dapat memberikan kita sedikit kelenturan dan menghilangkan ketegangan-ketegangan. Dialog antaragama menurut Alquran merupakan keharusan teologis. Oleh karena teologi dialog antaragama itu merupakan kemestian teologis, maka penegakannya harus beretika. Etika yang dimaksud adalah mengikuti petunjuk Alquran dan praktik Rasulullah, seperti tidak memaksakan kehendak, agree and disagreement dan memegang teguh konsistensi berakidah.